"Hadiah Kemerdekaan Pecah di SMKN 1 Jrengik, Guru dan Siswa Borong Bingkisan Juara"
0 menit baca
"Hadiah Kemerdekaan Pecah di SMKN 1 Jrengik, Guru dan Siswa Borong Bingkisan Juara"
SAMPANG||Saktehnews.com - Perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di SMKN 1 Jrengik, Kabupaten Sampang, berubah menjadi pesta penuh tawa dan sorakan. Selama tiga hari, dari 19 hingga 21 Agustus 2025, halaman sekolah disulap menjadi arena lomba unik yang melibatkan bukan hanya siswa, tapi juga guru-guru.
Dharma Wanita Persatuan (DWP) SMKN 1 Jrengik bersama para guru merancang agenda bertajuk “Gebyar Kemerdekaan”. Dari voli gembira, futsal gembira, tiup gelas plastik, hingga estafet “pindah kareh” lewat selang, semua lomba menyajikan momen lucu dan menegangkan. Tak ketinggalan permainan tradisional “nyoon geddeng” serta lomba memasukkan paku ke botol yang membuat peserta berulang kali gagal dan penonton terbahak.
Bedanya, tahun ini para guru tak hanya jadi penyemangat dari pinggir lapangan. Mereka turun langsung, bersaing dengan siswa, bahkan kadang berhadapan dengan muridnya sendiri. Pemandangan itulah yang membuat sorakan membahana. Murid-murid bersorak untuk guru favoritnya, sementara guru lain justru ikut memberi semangat pada siswa yang menjadi lawannya. Suasana penuh keakraban, jauh dari batas formal antara pengajar dan pelajar.
Kepala SMKN 1 Jrengik, Imam Syafi’ie, S.Pd, M.Pd, menilai kebersamaan itu punya makna mendalam. “Di balik lomba sederhana ini, ada pesan besar: guru dan siswa bisa saling mendukung, bukan hanya di kelas tapi juga di kehidupan nyata. Saya bangga melihat kekompakan ini,” ucapnya.
Ketua DWP SMKN 1 Jrengik, Ibu Imam, juga menyoroti kerja keras seluruh guru dan panitia. Menurutnya, semangat gotong royong inilah yang membuat acara berjalan lancar. “Guru-guru bukan hanya pengajar, mereka adalah teladan. Bahkan lewat lomba sederhana pun mereka bisa memberi contoh bahwa kebersamaan itu penting,” katanya.
Bagi siswa, pengalaman ini jadi kenangan yang tak mudah hilang. Banyak yang mengaku terkejut sekaligus senang melihat sisi lain dari para guru mereka. “Biasanya serius di kelas, sekarang malah jatuh bangun lomba sama kami. Rasanya kayak punya teman baru, bukan cuma guru,” ujar salah satu siswa dengan wajah berseri.
Tak hanya warga sekolah, masyarakat sekitar pun ikut larut dalam kemeriahan. Sejumlah orang tua datang membawa makanan ringan, duduk beramai-ramai di pinggir lapangan, bahkan ada yang membawa anak kecil untuk menonton. Suasana sekolah seakan berubah menjadi riuh dengan tawa, teriakan dukungan dan suara mengiringi lomba.
Puncak acara ditandai dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba. Kepala sekolah Imam Syafi’ie secara langsung menyerahkan piala dan bingkisan kepada guru dan siswa yang berhasil menjadi juara. Tepuk tangan bergemuruh mengiringi momen itu, menambah rasa bangga dan bahagia para peserta.
Tiga hari penuh keriuhan itu akhirnya ditutup dengan simbol kemenangan bersama. Di balik tawa, sorakan, dan hadiah sederhana, tersimpan pesan kuat: kemerdekaan dirayakan bukan hanya dengan upacara khidmat, melainkan juga dengan kebersamaan, persaudaraan, dan keceriaan yang tulus.
(Penulis : AQ Jailani)